Bandung, 11/05/2020. Mulai tahun 2021, kementerian pendidikan akan mengganti UN menjadi AKM (Asesmen Kompetensi Minimal) dan SK (Survei Karakter). Jika UN terdiri dari empat mata pelajaran, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan Bahasa Inggris, yang diujikan untuk jenjang SMP, maka AKM tidak lagi berbasi mata pelajaran. AKM terdiri atas soal-soal yang bersifat literasi dan numerik atau angka-angka dan logika.
Mulai tahun 2021 juga diwacanakan sistem yang digunakan pada AKM tidak lagi semi-online tetapi online. Sistem online ini mengharuskan setiap komputer client (komputer yang digunakan oleh murid ketika mengerjakan ujian) harus selalu online atau harus selalu terkoneksi dengan internet. Oleh karena itu pada tanggal 6 dan 8 Mei 2020, Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) mengadakan simulai ujian online bagi para proktor (admin UNBK) di seluruh Indonesia.
Penulis sendiri belum mengetahui alasan dari menteri pendidikan yang ingin merubah sistem semi-online ke online. Padahal, menurut penulis, yang selama ini menjadi proktor kegiatan UNBK, tidak ada masalah yang berarti pada sistem UNBK selama ini. Dari segi keamanan, tidak orang yang berhasil membuka soal. Jangankan murid atau orang tua, proktor sendiri tidak mengetahui soal bahkan ketika pelaksaan pun proktor tidak mengetahui meskipun soal itu adanya di dalam komputer server. Dari segi kekuatan internet suatu sekolah, tidak begitu menjadi masalah karena server hanya butuh internet untuk tiga waktu saja yaitu ketika sinkronisasi, ketika butuh token dan ketika upload jawaban bahkan kecepatan internet yang dibutuhkan juga tidak harus besar, 2 Mbps juga cukup untuk sebuah server artinya dengan menggunakan tahtering dari gawai juga dimungkinkan.
Jika sistem yang digunakan nanti online, maka, menurut penulis, banyak kendala yang akan terjadi. Kendala yang paling besar ialah tentang akses internet. Jika satu client butuh kecepatan 0,5 Mbs, maka dalam satu ruangan itu, jika ada 40 client, dibutuhkan kecepatan 20 Mbps. Itu baru satu ruangan. Bagaimana jika lebih dari satu ruangan. Kendala lainnya adalah, tidak semua sekolah mempunyai jaringan internet. Ketika UNBK, sekolah yang tidak memiliki jaringan internet mempunyai solusi server di sinkronkan dulu ke daerah yang ada internet, ke kota misalnya, baru kemudian dibawa ke sekolah. Karena kalau sudah sinkron, client tidak membutuhkan akses internet.
(Kontributor: Tarudin, S.Pd.)